Sebuah ungkapan banyak orang yang menganggap bahwa menyontek adalah bagian daripada seni. Jadi bisa disebut Seni Menyontek..hi..hi..hi..hi...lucu bukan? ya kalau ini menjadi sebuah kebiasaan yang dianggap biasa, maka seni mencontek..tentu diadalamnya terdapat bermacam macam jurus, tip & trik bagaimana cara-cara mencontek itu...Wow sangat mengerikan bukan bila itu betul betul dikuasai oleh orang-orang terdekat kita....haduh mau jadi apa anak kita, keluarga kita, lingkungan dan bangsa kita kedepannya bila itu betul-betul menjadi bagian daripada kehidupannya.
Saya pernah membaca buku tantang permasalahan ini yang disampaikan oleh Drs. Totok Santoso dimana dalam suatu keadaan di kelas pada saat itu tenang sekali sunyi . . . hanya desah nafas dan keluhan yang se-ring terdengar. "Amir, keluar"! Suasana yang sunyi menjadi lebih sunyi lagi setelah beberapa saat diisi oleh suara bentakan yang keras dari bapak guru (semua kelihatan takut).
ck . . . ck . . . ck apa sebetulnya yang sedang terjadi di kelas? Saat itu kelas sedang ulangan dan Amir ketahuan membuka catatan atau dengan istilah yang populer nyontek/ngepek. Ini adalah salah-satu kejadian yang sering atau seringkali kita dengar atau kita lihat sendiri. Masalah ini ternyata berlangsung di mana-mana juga di pelbagai sekolah. Di mana saja, kapan saja, siapa saja, tapi bukan coca-cola.
Untuk mengatasi problem ini marilah kita lihat apa yang menyebabkan seseorang siswa itu nyontek. Saya akan mencoba mengemukakan sebab-sebabnya berdasarkan pengalaman saya sendiri, plus pengalaman beberapa teman yang antara lain:
ck . . . ck . . . ck apa sebetulnya yang sedang terjadi di kelas? Saat itu kelas sedang ulangan dan Amir ketahuan membuka catatan atau dengan istilah yang populer nyontek/ngepek. Ini adalah salah-satu kejadian yang sering atau seringkali kita dengar atau kita lihat sendiri. Masalah ini ternyata berlangsung di mana-mana juga di pelbagai sekolah. Di mana saja, kapan saja, siapa saja, tapi bukan coca-cola.
Untuk mengatasi problem ini marilah kita lihat apa yang menyebabkan seseorang siswa itu nyontek. Saya akan mencoba mengemukakan sebab-sebabnya berdasarkan pengalaman saya sendiri, plus pengalaman beberapa teman yang antara lain:
1. Karena desakan kenaikan kelas, di sini ternyata tidak hanya dari siswa sendiri tapi juga dari orang tua, hal ini kelihatan dari contoh yang diberikan oleh teman saya. Dia mengatakan PR vans diberi‑kan oleh guru sering dikerjakan oleh orang tuanya, sehingga dia tidak perlu mengerjakan sendiri.
2. Tidak atau kurang mengerti arti pendidikan. Kecenderungan yang tampak adalah pergi sekolah sekedar untuk mengisi waktu kosong, cari pacar/ jodoh, atau sekedar cari hekal hidup yang seharusnya tujuan utama kita sekolah antara lain adalah untuk: mencari pengetahuan agar diri ini tabu lebih banyak. Dengan demikian seorang pelajar mempunyai kewajiban dan kebutuhan untuk belajar. Bukan belajar karena terpaksa atau bahkan dipaksa, sehingga waktu dia mengalami kesulitan belajar, lalu mencari pemecahan yang gampang, yaitu nyontek.
3. Untuk kesenangan. Ini saya alami sendiri waktu masih di SMA, hampir separuh kelas nyontek. Gara-gara main taruhan siapa yang berani dan bisa nyontek waktu ulangan Pak Anu, dialah yang menang. Kami semua menyiapkan metode yang akan digunakan nanti, ada yang di tulis di penggaris dengan pinsil, di ikat di paha dengan karet dan sebagainya. Kami akan senang sekali kalau apa yang direncanakan itu berhasil, dan kami bangga setelah ulangan membuktikan bahwa metode yang digunakan itu "cespleng", dan tidak ketahuan oleh Pak Anu yang terkenal galak, dan sulit menciptakan kesempatan untuk nyontek.
2. Tidak atau kurang mengerti arti pendidikan. Kecenderungan yang tampak adalah pergi sekolah sekedar untuk mengisi waktu kosong, cari pacar/ jodoh, atau sekedar cari hekal hidup yang seharusnya tujuan utama kita sekolah antara lain adalah untuk: mencari pengetahuan agar diri ini tabu lebih banyak. Dengan demikian seorang pelajar mempunyai kewajiban dan kebutuhan untuk belajar. Bukan belajar karena terpaksa atau bahkan dipaksa, sehingga waktu dia mengalami kesulitan belajar, lalu mencari pemecahan yang gampang, yaitu nyontek.
3. Untuk kesenangan. Ini saya alami sendiri waktu masih di SMA, hampir separuh kelas nyontek. Gara-gara main taruhan siapa yang berani dan bisa nyontek waktu ulangan Pak Anu, dialah yang menang. Kami semua menyiapkan metode yang akan digunakan nanti, ada yang di tulis di penggaris dengan pinsil, di ikat di paha dengan karet dan sebagainya. Kami akan senang sekali kalau apa yang direncanakan itu berhasil, dan kami bangga setelah ulangan membuktikan bahwa metode yang digunakan itu "cespleng", dan tidak ketahuan oleh Pak Anu yang terkenal galak, dan sulit menciptakan kesempatan untuk nyontek.
Itulah beberapa sebab yang bisa saya sampaikan, tentunya masih banyak sebab-sebab lain.
Persoalannya sekarang, apa yang dapat kita lakukan sebagai siswa :
1.Bertanggung jawablah dengan kewajiban-kewajibanmu, untuk membuat tugas-tugas/pekerjaanrumah dan mulai belajar jauh sebelum ulangan atau ujian.
2. Jika timbul problem yang berhubungan dengan pekerjaan rumah, bicarakan dengan orang tua, kakak atau siapa saja yang dapat menolong memecahkan (ingat bukan menyuruh membuatkan).
3. Mantapkan dirimu, percaya pada diri sendiri bahwa kau mampu.
4. Kembangkanlah kebiasaan belajar, buat persiapan sebaik mungkin, sehingga menyontek itu tidak perlu.
Sebagai guru pembimbing.
1. Janganlah anda tidak menghiraukan atau menganggap tidak penting masalah menyontek ini, jika hal ini timbul.
2. Berilah motivasi pada siswa untuk saling menghormati, dan ciptakanlah suatu suasana yang ben tanggung jawab sepagi mungkin.
3. Jika memberi tugas rumah hendaklah disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam Batas kemampuan kelas.
4. Tekankan bahwa belajar bukan sekedar untuk naik kelas/tingkat.
5. Pakailah tes subjektif atau tes uraian sebagai dasar proses ulangan/ujian.
6. Jelaskan kepada orang tua, bagaimana mereka dapat membantu anaknya yang mengalami kesulitan pada mats pelajaran tertentu.
8. Ketaatan mengajar,kejujuran dan perhatian untuk kewibawaan adalah pencegah yang efektif. Di sini perlu. contoh daripada hanya sekedar teori belaka. Bimbinglah, ajarlah, jelaskanlah, tolonglah; tetapi jangan membuat murid menjadi tergantung.
9. Waktu ulangan/ujian guru hendaknya menjaga suasana, agar tidak memberi kesempatan untuk nyontek, baik untuk waktu, pengawasan maupun bentuk soal.
Catatan :
Bila sedang ulangan, sebetulnya Bapak atau Ibu guru yang mengawasi siswa; tapi ada beberapa siswa yang biasa juga mengawasi Bapak Ibu guru, untuk apa? ya, untuk menyontek.
Menunggu kesempatan yang baik dan tepat untuk nyontek sebetulnya bukan pribadi guru yang kita sayangkan, sebab dia lengah. Tapi murid itu sendiri. Mengapa dia tidak mau memikir sendiri? Sebab biasanya murid belajar untuk ulangan; bukan ulangan untuk belajar. Istilah populer murid, dia belajar "wayangan" semalam suntuk. Pada waktu besok paginya mau ulangan padahal bahan seabreg (banyak) maka kemudian bisa ditebak bahwa murid bersikap untung-untungan. Kalau masih ingot dan banyak yang ke luar, ya syukur; tapi kalau tidak . . . hal ini dia, timbul keinginan itu nyontek.
Guru hanya cengar-cengir ketika memeriksa ulangan, sebab ternyata nilainya hampir sama semua, jawaban tidak berbeda. Murid-murid ternyata ada main, ada yang pakai kode tangan ada yang main lempar-lemparan dan sebagainya. Kesimpulannya, kedua-duanya kalau begini, tidak hanya para murid, tapi guru juga.
Untuk itu maka sebaiknya guru/pembimbing perlu menanamkan kesadaran akan tanggung jawab murid; sedang guru perlu untuk tidak memberikan kesempatan yang memungkinkan murid-murid untuk nyontek.
Persoalannya sekarang, apa yang dapat kita lakukan sebagai siswa :
1.Bertanggung jawablah dengan kewajiban-kewajibanmu, untuk membuat tugas-tugas/pekerjaanrumah dan mulai belajar jauh sebelum ulangan atau ujian.
2. Jika timbul problem yang berhubungan dengan pekerjaan rumah, bicarakan dengan orang tua, kakak atau siapa saja yang dapat menolong memecahkan (ingat bukan menyuruh membuatkan).
3. Mantapkan dirimu, percaya pada diri sendiri bahwa kau mampu.
4. Kembangkanlah kebiasaan belajar, buat persiapan sebaik mungkin, sehingga menyontek itu tidak perlu.
Sebagai guru pembimbing.
1. Janganlah anda tidak menghiraukan atau menganggap tidak penting masalah menyontek ini, jika hal ini timbul.
2. Berilah motivasi pada siswa untuk saling menghormati, dan ciptakanlah suatu suasana yang ben tanggung jawab sepagi mungkin.
3. Jika memberi tugas rumah hendaklah disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam Batas kemampuan kelas.
4. Tekankan bahwa belajar bukan sekedar untuk naik kelas/tingkat.
5. Pakailah tes subjektif atau tes uraian sebagai dasar proses ulangan/ujian.
6. Jelaskan kepada orang tua, bagaimana mereka dapat membantu anaknya yang mengalami kesulitan pada mats pelajaran tertentu.
8. Ketaatan mengajar,kejujuran dan perhatian untuk kewibawaan adalah pencegah yang efektif. Di sini perlu. contoh daripada hanya sekedar teori belaka. Bimbinglah, ajarlah, jelaskanlah, tolonglah; tetapi jangan membuat murid menjadi tergantung.
9. Waktu ulangan/ujian guru hendaknya menjaga suasana, agar tidak memberi kesempatan untuk nyontek, baik untuk waktu, pengawasan maupun bentuk soal.
Catatan :
Bila sedang ulangan, sebetulnya Bapak atau Ibu guru yang mengawasi siswa; tapi ada beberapa siswa yang biasa juga mengawasi Bapak Ibu guru, untuk apa? ya, untuk menyontek.
Menunggu kesempatan yang baik dan tepat untuk nyontek sebetulnya bukan pribadi guru yang kita sayangkan, sebab dia lengah. Tapi murid itu sendiri. Mengapa dia tidak mau memikir sendiri? Sebab biasanya murid belajar untuk ulangan; bukan ulangan untuk belajar. Istilah populer murid, dia belajar "wayangan" semalam suntuk. Pada waktu besok paginya mau ulangan padahal bahan seabreg (banyak) maka kemudian bisa ditebak bahwa murid bersikap untung-untungan. Kalau masih ingot dan banyak yang ke luar, ya syukur; tapi kalau tidak . . . hal ini dia, timbul keinginan itu nyontek.
Guru hanya cengar-cengir ketika memeriksa ulangan, sebab ternyata nilainya hampir sama semua, jawaban tidak berbeda. Murid-murid ternyata ada main, ada yang pakai kode tangan ada yang main lempar-lemparan dan sebagainya. Kesimpulannya, kedua-duanya kalau begini, tidak hanya para murid, tapi guru juga.
Untuk itu maka sebaiknya guru/pembimbing perlu menanamkan kesadaran akan tanggung jawab murid; sedang guru perlu untuk tidak memberikan kesempatan yang memungkinkan murid-murid untuk nyontek.
oleh Drs. Totok Santoso
Dalam buku Bimbingan bagi anak yang bermasalah
Kerjasama Pusat bimbingan UKSW dan Penerbit CV Rajawali Press 1985
Dalam buku Bimbingan bagi anak yang bermasalah
Kerjasama Pusat bimbingan UKSW dan Penerbit CV Rajawali Press 1985
0 komentar:
Posting Komentar